Asma Nadia Merasa Dirugikan karena Ada Kemiripan Judul Novel dengan Film <i>Air Mata Di Ujung Sajadah</i>
Asma Nadia (Instagram @asmanadia)

Bagikan:

JAKARTA - Film Air Mata di Ujung Sajadah sukses menyentuh 3 juta penonton di bioskop. Di tengah kesuksesan itu, film ini justru terancam mendapat laporan hak cipta dari pihak penulis Asma Nadia.

Polemik ini bermula ketika film Air Mata di Ujung Sajadah memiliki kemiripan judul dengan Cinta Di Ujung Sajadah, novel milik Asma Nadia yang dirilis pada tahun 2008. Hal ini berlanjut ketika banyak penonton yang menandai profilnya setelah selesai menonton film ini.

Pihak Asma Nadia yang dibantu kuasa hukum Ana Sofa Yuking berusaha membuka diskusi dengan pihak produser atau rumah produksi, namun tidak ada itikad baik. Alhasil, Asma Nadia buka suara secara publik.

“Saya berpikir, masalah ini sejatinya menyangkut kepentingan masa depan penulis di seluruh Indonesia. Melalui press con dan langkah-langkah ke depannya, saya ingin menegaskan bahwa karya, hasil jerih payah, dan seluruh kreasi kata dari teman-teman penulis akan terus dihargai, dilindungi, dan tidak disepelekan hanya dengan sedikit modifikasi,” kata Asma Nadia.

“Saya menciptakan novel yang berjudul “Cinta di Ujung Sajadah” pada tahun 2008 waktu itu penerbitnya adalah Lingkar Pena Publishing dari grup Mizan, lalu oleh Penerbit Republika, lalu Asma Nadia Publishing House, kemudian kini dicetak oleh Buku Republika. Novel ini bisa dikatakan sebagai novel best seller karena dicetak ulang berkali kali, oleh beragam penerbit, hingga sudah sangat lekat dengan pembaca novel saya,” lanjutnya.

Film Air Mata di Ujung Sajadah yang dirilis pada bulan September lalu banyak disebut sebagai adaptasi dari novel Asma Nadia. Pihak Asma menyangka pendapat itu mulai beredar karena adanya kemiripan judul yang sedikit dimodifikasi.

Lebih lanjut, pihak Asma Nadia mengaku tidak pernah dihubungi oleh pihak pembuat film mengenai penggunaan judul.

“Saya tidak pernah sekalipun diberikan notifikasi atau dihubungi terkait penggunaan judul film yang sangat mirip dengan judul karya saya. Hal lain yang saya sangat sayangkan adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam produksi film Air Mata di Ujung Sajadah tidak pernah meluruskan pemberitaan yang ada dan membiarkan publik berpikir bahwa film tersebut merupakan adaptasi dari novel saya,” kata Asma Nadia.

Menurutnya, frase Di Ujung Sajadah sudah melekat dengan judul novelnya karena karyanya sudah beredar sejak tahun 2008. Pihak film menjelaskan film ini sudah dibuat sejak tahun 2017, namun secara waktu, Asma Nadia merasa nama di novelnya sudah lebih dulu dibuat.

Asma Nadia kecewa ketika pihak film menyarankannya untuk meregistrasikan judul di Pusbang agar menghindari polemik itu.

“Saya pribadi merasa sangat dirugikan atas peristiwa ini. Sebab, novel Cinta di Ujung Sajadah, yang sebelumnya sangat diminati oleh berbagai produser, akan menjadi sulit untuk difilmkan mengingat sudah ada film dengan judul yang sangat serupa, bahkan banyak pihak mengira film tersebut diadopsi dari karya Asma Nadia,” katanya lagi.

Saat ini, Asma Nadia menyuarakan sikapnya secara publik setelah beberapa kali menyampaikan pendapatnya kepada pihak film.