Kalau Anak Mudah Tersinggung, Saran Pakar: Ajak Mereka Bermain dan Berbincang
Ilustrasi anak mudah tersinggung (Freepik/YuliiaKa)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Anak-anak yang mudah tersinggung, cenderung penyendiri dan menghindari perasaan menyakitkan. Mekanisme kerja perasaan mereka, sebenarnya digunakan sehari-hari oleh setiap orang dalam pertahanan. Dengan mekanisme pertahanan, emosi bisa diatur terutama ketika menghadapi stres.

Beberapa mekanisme pertahanan juga membantu untuk beradaptasi dengan situasi sosial secara lebih efektif. Tetapi dalam sejumlah kasus, mekanisme tersebut membuat seseorang mudah tersinggung, mudah marah, memukul, dan melempar barang.

Anak-anak yang cenderung mudah tersinggung tampaknya menghalangi emosi buruk dan malah jadi mengganggu. Melansir Psychology Today, Selasa, 21 Maret, gejala-gejala yang mengganggu memungkinkan mereka untuk tidak merasakan emosi menyakitkan mereka. Anak-anak jadi lebih mudah marah daripada merasa sedih. Tindakan defensif semacam ini sangat maladaptif karena lebih merugikan anak.

anak mudah tersinggung
Ilustrasi anak mudah tersinggung (Freepik/pvproductions)

Leon Hoffman, MD., psikoterapis dan psikoanalis West End Day School, New York City menjelaskan bahwa Regulation-Focused Psychotherapy for Children dapat digunakan untuk metode terapi. Pendekatan sistematis untuk membantu anak mengatasi perasaan menyakitkan, mengarah pada terapi bermain dan membentuk ikatan dengan anak. Terapis juga mengamati pola anak ketika mereka bermain dan berbicara dalam sesi psikoterapi.

Pada anak-anak dengan sifat lekas marah, ada urutan yang berulang. Artinya selalu ada stimulus atau pemicu yang dialami anak sebagai ancaman. Bagi orang dewasa, stimulus tersebut mungkin tampak sepele namun sumber frustrasi bagi anak.  Perilaku anak yang mudah tersinggung dan marah perlu disadari orang tua serta guru. Dua pihak yang berperan dalam membersamai anak ini, perlu memikirkan bagaimana cara efektif untuk mengajarkan anak mengatasi emosi menyakitkan tanpa merugikan dirinya.

Mungkin sulit bagi orang dewasa untuk berempati dengan rasa sakit anak. Namun, setelah kejadian mereda, orang dewasa dapat mencoba membayangkan, mungkin peristiwa yang mereka alami tidak dapat ditoleransi. Dengan cara ini, akan membantu Anda lebih mengerti bagaimana perasaan anak-anak. Selanjutnya, jangan bereaksi secara spontan terhadap tindakan anak karena ini tidak akan efektif.

Saran Hoffman bisa dipraktikkan, yaitu cobalah mengajak anak lebih sering bermain sambil berbincang. Orang tua juga akan memahami situasi yang memicu anak mudah tersinggung dan marah. Dalam situasi yang lebih tenang serta menyenangkan, mereka bisa belajar bagaimana meregulasi mekanisme pertahanan yang tidak membuatnya menghindar dari rasa sakit.