Kisah Dorce Gamalama Saat Timbulkan Kontroversi Ganti Kelamin: Gus Dur Pahlawan Saya
Dorce Gamalama (Instagram @dg_kcp)

Bagikan:

Makassar--Dorce Gamalama mengalami sejumlah kejadian menarik selama lebih dari 20 tahun berkarier di industri hiburan. Salah satu di antaranya yaitu ketika presiden Gus Dur meninggal dunia.

Cerita ini tercatat dalam buku karya Hairus Salim HS berjudul “Gus Dur Sang Kosmopolit”. Di bagian pendahuluan, diceritakan momen saat Dorce Gamalama melayat Gus Dur yang meninggal.

Melalui akun pribadinya, Hairus Salim mengisahkan kembali kejadian tersebut. Saat itu, Dorce Gamalama merasa sedih karena ia tidak mendapatkan tawaran pekerjaan atau manggung.

"Ia bilang sedih dan marah sekali. Tuhan kok kejam sekali, katanya. Selama seminggu terakhir ia dilanda rasa kalah yang mendalam," tulis Hairus Salim.

Suasana berubah ketika Dorce mendengar kabar KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Ia pun turut melayat dan mengantar Gus Dur ke tempat peristirahatan terakhirnya.

"Coba kalau saya dapat job, saya pasti bingung dan mengalami dilema. Kalau saya pergi melayat dan meninggalkan janji pentas yang telah disepakati, saya akan dituntut secara hukum, harus bayar ganti rugi dan rusak reputasi. Tetapi di sisi lain, saya tak mungkin tidak takziah dan mengantarkan Gus Dur ke pemakaman," kata Dorce dikutip Hairus Salim.

Salah satu orang yang membela Dorce

Dorce dan Gus Dur diketahui mempunyai hubungan yang baik, apalagi di tengah kontroversi atas pilihan Dorce sebagai perempuan. Gus Dur merupakan salah satu orang yang membelanya secara publik.

"Dia juga membela saya di saat memilih, apa saya akan jadi perempuan atau laki-laki pada saat itu," kata Dorce.

Dorce Gamalama memiliki sejumlah kenangan dengan Gus Dur, di antaranya ketika ia menyapa Dorce dengan panggilan "Mbak" dan menuangkan nasi di piringnya. Gus Dur juga memberi banyak nasehat kepada Dorce soal hidup.

"Gus Dur Pahlawan saya," kata Dorce Gamalama dulu.

Setelah memutuskan operasi dan mengubah diri menjadi perempuan, keputusan ini memantik kontroversi termasuk di kalangan para ulama.

“Tetapi hanya Gus Durlah saat itu yang membela Dorce. Hal itulah yang membuatnya selalu ingat dan terkenang Gus Dur. Demikianlah, hari itu, kata Dorce, ia dan beberapa krunya menyewa pesawat dan berangkat ke Surabaya untuk melayat ke Jombang,” tulis Hairus Salim. 

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!