MAKASSAR - Pada hari ini, Rabu, 10 November, yang bertepatan dengan hari Pahlawan, wajah Ismail Marzuki menghiasi Google Doodle. Ismail Marzuki ditampilkan dengan ilustrasi dirinya yang memainkan biola dan note balok di laman utama pencarian.
Pemerintah Indonesia telah menobatkan Marzuki sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2004. Ismail Marzuki sendiri lahir di Kwitang, Jakarta Pusat, Indonesia pada 11 Mei 1914.
BACA JUGA:
Walau pada masa kekuasaan kolonial Belanda profesi musik di komunitas masih belum umum, Ismail Marzuki tumbuh dewasa dengan berlatih hingga 5 jam sehari untuk menguasai delapan instrumen yaitu harmonika, mandolin, gitar, ukulele, biola, akordeon, saksofon, dan piano.
Pada usia 17, ia menggubah lagu pertama dari ratusan lagu yang dihasilkan sepanjang kariernya. Lagu-lagu karya Ismail Marzuki mampu menangkap perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan nada melankolis sekaligus mewakili ketahanan bangsa melalui melodi yang melambung.
Selama bertahun-tahun, dia mengisi hati orang Indonesia dengan kebanggaan dengan menyiarkan lagu-lagunya di radio publik. Tak heran jika Ismail Marzuki dikenal sebagai komposer berbakat yang menciptakan lagu-lagu patriotik, selama gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia dan dianggap sebagai pahlawan nasional.
Karya-karya Ismail Marzuki
Lagu Halo, Halo Bandung, Gugur Bunga, Ibu Pertiwi, Indonesia Pusaka merupakan sebagian kecil dari karyanya yang fenomenal. Pada tahun 1955, Marzuki mengambil alih sebagai pemimpin Orkestra Studio Jakarta yang bergengsi dan menggubah lagu Pemilihan Umum, tema musik pemilihan umum pertama di Indonesia.
Ismail Marzuki tutup usia pada umur 44 tahun 25 Mei 1958 di kediamannya, kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, karena penyakit paru-paru yang dideritanya.
Pada tahun 1968, pemerintah Indonesia menghormati warisan mendiang dengan mengabadikan namanya pada sebuah tempat yang saat ini dikenal sebagai Pusat Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki (TIM). Tempat ini berfungsi sebagai pusat pelestarian warisan budaya Indonesia dan inovasi kreatif dalam seni rupa, musik, teater, tari, dan film.
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!