Bagikan:

JAKARTA - Dua difabel di Kabupaten Probolinggo, seorang ibu rumah tangga dan seorang remaja menerima pengukuran kaki palsu sebagai bagian dari program bantuan alat bantu mobilitas yang difasilitasi oleh pemerintah setempat.

Bantuan ini diharapkan menjadi langkah awal bagi mereka untuk mendapatkan kembali kemandirian dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Probolinggo, Rachmad Hidayanto, menyampaikan pengukuran kaki palsu merupakan tahapan awal dari proses pemberian bantuan bagi masyarakat dengan kebutuhan khusus di wilayah tersebut.

“Pemberian alat bantu ini adalah bentuk perhatian dan kepedulian nyata dari Pemerintah Kabupaten Probolinggo terhadap warganya yang menyandang disabilitas,” ungkap Rachmad saat ditemui di Probolinggo, seperti dikutip ANTARA.

Ia menjelaskan program ini merupakan hasil koordinasi dan usulan yang disampaikan pemerintah daerah kepada Kementerian Sosial Republik Indonesia. Salah satu bentuk bantuannya berupa prostesis atau kaki palsu, sebagai upaya mendukung mobilitas difabel agar mereka dapat hidup lebih mandiri.

Menurut Rachmad, program ini juga sejalan dengan arahan langsung dari Bupati dan Wakil Bupati Probolinggo, yang menginginkan agar Dinsos menjadi penghubung antara kebutuhan masyarakat dan bantuan yang disediakan oleh pemerintah pusat.

“Dinsos diinstruksikan agar cepat tanggap terhadap kondisi masyarakat penyandang disabilitas dan mampu memfasilitasi kebutuhan mereka secara maksimal,” katanya.

Ia menambahkan bahwa tujuan utama pemberian bantuan kaki palsu bukan hanya untuk mendukung kemampuan fisik penerima, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri serta kualitas hidup secara keseluruhan.

“Dengan alat bantu ini, penerima diharapkan bisa kembali beraktivitas dengan lebih nyaman, serta merasa lebih dihargai dan tidak tersisih dari lingkungan sosialnya,” jelasnya.

Tak hanya itu, bantuan alat bantu juga dinilai berdampak positif terhadap aspek psikologis para penyandang disabilitas. Rasa percaya diri yang tumbuh dapat membuka peluang lebih luas dalam bidang pendidikan, pekerjaan, hingga interaksi sosial.

“Alat bantu seperti kaki palsu bukan hanya sarana fisik, melainkan simbol harapan untuk hidup yang lebih baik dan mandiri,” tambahnya.

Dinsos Probolinggo juga membuka peluang bagi warga disabilitas lain yang membutuhkan alat bantu lainnya, seperti kursi roda, alat bantu dengar, alat bantu jalan, dan perangkat bantu penglihatan. Pengajuan dapat dilakukan melalui Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), perangkat desa, atau kecamatan setempat.

“Jenis bantuan yang kami salurkan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu, mulai dari prostesis, walker, tongkat, alat bantu dengar, bahkan perangkat lunak khusus untuk mendukung komunikasi,” ujar Rachmad.

Ia menegaskan bahwa program ini sejalan dengan visi pemerintah untuk membangun masyarakat yang inklusif dan ramah terhadap disabilitas, sehingga setiap warga memiliki kesempatan yang setara untuk berkembang.

“Dengan adanya dukungan alat bantu yang sesuai, kami berharap tidak ada lagi masyarakat yang merasa terpinggirkan hanya karena keterbatasan fisik,” tutupnya.