IDI Dorong Peningkatan Vaksinasi Penguat Antisipasi Subvarian Omicron Baru
Ilustrasi/Foto: PIXABAY

シェア:

MAKASSAR - Bidang Pengkajian Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mendorong peningkatan vaksinasi penguat atau "booster" untuk mengantisipasi kenaikan jumlah kasus COVID-19 yang disebabkan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

"Kami mendorong agar pemerintah dan masyarakat menggiatkan kembali vaksinasi COVID-19 dosis penguat atau 'booster'," kata Ketua Bidang Pengkajian Penyakit Menular PB IDI Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K) dalam jumpa pers virtual yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa 21 Juni.

Agus Dwi Suparto yang juga merupakan Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) itu menjelaskan sosialisasi dan edukasi tentang protokol kesehatan juga harus diperkuat.

Masyarakat, jelas dia, perlu diingatkan terus untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan menghindari kerumunan.

"Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 jadi pengingat masih perlunya memperkuat protokol kesehatan," katanya.

Ia menambahkan bahwa Bidang Pengkajian Penyakit Menular PB IDI juga merekomendasikan untuk pengkajian kembali kebijakan lepas masker di tempat umum.

"Kami merekomendasikan untuk dikaji kembali jika diperlukan," katanya.

Kenaikan kasus di sejumlah negara

Disampaikannya bahwa Bidang Pengkajian Penyakit Menular PB IDI mengemban tugas untuk menyikapi perkembangan penyakit menular yang ada di Tanah Air.

"Kami mengamati perkembangan penyakit menular apa saja. Jika dilihat saat ini yang jumlah kasusnya sedang kembali naik adalah COVID-19," katanya.

Sementara itu, kata dia, berdasarkan laporan yang ada subvarian BA.4 dan BA.5 telah mengakibatkan kenaikan kasus di sejumlah negara.

"Seperti diketahui bahwa subvarian BA.4 dan BA.5 ini di berbagai belahan dunia menyebabkan kenaikan kasus. Sehingga perlu respons cepat untuk mencegah penyebarannya," katanya.

Karena itu, jelasnya, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai subvarian BA.4 dan BA.5 harus terus diintensifkan.

"Peran tenaga medis dalam memberikan sosialisasi dan edukasi menjadi hal penting untuk mencegah penularan," demikian Agus Dwi Susanto.