Menko Luhut: Indonesia Diproyeksikan Pasok 50 Persen Kebutuhan Nikel Dunia pada Tahun 2025
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

MAKASSAR - Indonesia telah menjadi salah satu produsen nikel terbesar di dunia dalam bentuk Nickel Pig Iron (NPI), hal tersebut dibuktikan dengan jumlah produksi yang mencapai 21 juta ton per tahun. Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengatakan potensi yang dimiliki tersebut membuat Indonesia mempunyai posisi tawar yang besar.

Karena itu, pemerintah Indonesia kini telah mendorong investasi pada hilirisasi produk turunan nikel untuk memproduksi baterai listrik.

"Dengan ini (potensi nikel) yang besar kita lihat bahwa Indonesia punya bargaining position yang kuat," katanya dalam keterangan resminya, dikutip Jumat, 18 Juni.

Karena potensi yang besar itu, Luhut mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki hak untuk berkembang dan bekerja sama yang saling menguntungkan.

"Kita juga enggak boleh baik-baik amat. Kita harus mainkan peran kita," ucapnya.

Pada tahun 2025, kata Luhut, Indonesia diproyeksikan memasok 50 persen pasokan dunia, dibandingkan dengan 28 persen pada tahun 2020. Menurut dia, produksi nikel Indonesia akan meningkat dengan adanya smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang akan mulai beroperasi pada 2021 dan menghasilkan Mix Hydroxide Precipitate (MHP).

Fokus Pemerintah pada Lima Hal

Karena itu, Luhut menyampaikan bahwa pemerintah saat ini fokus pada lima hal, yakni hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA), pengembangan baterai lithium, sektor kesehatan, infrastruktur konektivitas maritim dan penurunan emisi karbon.

Selain nikel, Luhut juga menyinggung soal investasi hilirisasi bauksit. Diapun sempat menyebutkan beberapa kawasan industri yang mengembangkan produk turunan nikel dan bauksit. Ketujuh kawasan tersebut antara lain kawasan Galang Batang dengan nilai total investasi sebesar 2,5 miliar dolar AS (target operasi tahun 2021).

Kawasan industri Morowali Utara dengan nilai total investasi sebesar 4,19 miliar dolar AS  (target operasi pada kuartal keempat tahun 2021), dan kawasan industri Tanah Kuning dengan nilai total investasi yang akan dikucurkan secara bertahap sebesar 60 miliar dolar AS (target operasi tahun 2022).

Selain kawasan-kawasan itu, Luhut juga menyebutkan nilai investasi di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan Indonesia Weda Bay Industrial Park yang masing-masing sebesar 10 miliar dolar. Dengan membangun kawasan industri yang terintegrasi, menurutnya ongkos produksi menjadi semakin muran.

"In the end, cost kita jadi sangat murah, otomatis harga jual nikel olahan kita jadi bersaing sehingga China menerapkan kebijakan dumping ke Indonesia," ucapnya.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!