Berstatus Putri Mahkota PDIP, Puan Maharani: Bukan Berarti Karpet Merah Disiapkan
DOK ANTARA/PUAN MAHARANI

Bagikan:

JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Puan Maharani mengaku tidak pernah mencampuri urusan ketua umum Megawati Soekarnoputri. Meski Mega ibu kandungnya, Puan mengklaim tetap taat perintah sebagai petugas partai.

"Secara kedekatan pribadi, deket banget sama ketua umum. Tapi saya tidak pernah kemudian memaksa-maksa ketum atau bisik-bisikin ketum, harus begini harus begitu. Urusan partai ya ibu itu ketum saya," ujar Puan, Selasa, 8 Juni.

Puan mengatakan, sebagai kader banteng ia akan memberi masukan jika diminta sang pimpinan. Namun, ia tak pernah merekomendasikan masukannya untuk diamini sebagai keputusan Megawati.

"Mau nangis-nangis juga 'kenapa sih mama, kenapa pilihnya itu' enggak. Saya tetep, ya sudah kalau memang keputusannya seperti ini, saya ikut," katanya.

Puan menegaskan, tidak pernah memaksa apabila masukannya tidak sesuai dengan kemauan Megawati. Meski ia merupakan anak perempuan Megawati. Hingga akhirnya, dia sendiri belajar bahwa pemimpin itu harus terjun langsung ke lapangan. 

"Pemimpin itu harus bersama dengan rakyatnya, dan enggak bisa cuma karpet merah karena ketum," tuturnya.

Ketua DPR itu tak mengingkari jika memang mendapatkan berbagai macam kemudahan karena merupakan anak ketua umum PDIP betul. 

"Tentu ada kemudahan tapi bukan karpet merah disiapkan," ungkapnya.

Namun, kata Puan, sama dengan kader lain dia pun tetap harus turun ke bawah. Bahkan setiap Pilkada Jawa Tengah di 35 kabupaten/kota didatanginya. 

"Sudah kayak saya yang mau nyalon pilkada. Saya kampanye kemana-mana. Di daerah-daerah basis saya ajak ibu ketum untuk datang. Karena apa pun Jateng itu basis PDIP, kandangnya banteng ini harus kita jaga," jelasnya.

Puan menekankan, meski dirinya merupakan putri mahkota lantas, namun karier politiknya harus dibangun. Dia pun harus bekerja keras untuk meraup kemenangan dan keberhasilan terlebih saat itu PDIP belum solid seperti sekarang.

"Jangan pikir kalau itu karpet merah buat saya. Enggak pernah tau gimana caranya kampanye buat jadi caleg. Bikin tim, siapa timnya, pilih timnya mau siapa. Akhirnya ya sudah, saya jadi caleg, masuk caleg," ucapnya.

"Enggak kayak sekarang, dulu kan masih partai baru tahun '98 itu, masih merangkak lah bagaimana mengatur, mengurusi partai dan sebagainya. Enggak kayak sekarang kan solid. Begitu instruksi turun dari atas, kita semua kerja sudah tahu gimana mekanismenya," kata Puan.