MAKASSAR - Sedikitnya ada 32 tentara rezim militer Myanmar tewas, dalam kontak senjata dengan gabungan kelompok etnis bersenjata yang berbasis di Negara Bagian Karen dan Pasukan Pertahanan Rakyat Myawaddy (PDF).
Bentrokan di Myanmar timur pada Selasa sore di Palu, Kotapraja Myawaddy, Negara Bagian Karen mengakibatkan lebih dari 500 penduduk setempat melarikan diri melintasi perbatasan terdekat dengan Thailand.
BACA JUGA:
Pertempuran berlanjut pada Hari Rabu di Waw Lay di selatan Palu, menurut penduduk setempat dan anggota Myawaddy PDF. Warga mengatakan bahwa mereka telah mendengar puluhan tembakan artileri sejak Selasa.
29 tentara junta dan tiga anggota Pasukan Penjaga Perbatasan (BGF) setempat, yang bersekutu dengan rezim militer Myanmar, tewas dan delapan lainnya terluka, dalam bentrokan dengan pejuang perlawanan sipil dan kelompok sempalan Tentara Buddha Karen Demokratik, menurut departemen informasi Persatuan Nasional Karen (KNU) untuk Distrik Dooplaya.
Seorang anggota PDF Myawaddy mengatakan, 29 tentara yang tewas berasal dari Batalyon Infanteri Ringan 275, yang berbasis di Myawaddy dan tiga tentara BGF dari batalyon BGF 1022, yang dipimpin oleh Mayor Mote Thone.
Pertempuran Hari Selasa
Pertempuran Hari Selasa di Palu terjadi ketika bentrokan antara pejuang perlawanan sipil dan militer Myanmar telah meningkat secara nasional, dengan pertempuran di Negara Bagian Kayah di tenggara, Negara Bagian Chin di barat, Wilayah Sagaing di barat laut dan Negara Bagian Kachin di utara. Kedua belah pihak telah melaporkan korban.
"Makanan dan tempat tinggal disediakan oleh pihak berwenang dan tentara Thailand, sementara tidak ada orang luar yang diizinkan melakukan kontak dengan para pengungsi, karena ketakutan akan COVID-19," ujar seorang pekerja bantuan setempat yang berbicara dengan syarat anonim seperti melansir The Irrawaddy Kamis 3 Juni.
"Lebih banyak pengungsi diharapkan karena mereka dapat mendengar suara tembakan artileri di Waw Lay di sisi lain perbatasan. Satu peluru artileri telah mendarat di Thailand pada Hari Rabu, tetapi tidak ada korban yang dilaporkan," tambahnya.
Sekitar pukul 04:50 pada Hari Selasa, kantor polisi di Waw Lay juga diserang dengan granat berpeluncur roket dan barak batalyon teknik militer dibakar, tetapi tidak ada korban yang dilaporkan. Departemen informasi KNU di Distrik Dooplaya mengatakan serangan artileri terjadi setelah insiden pagi hari.
Untuk diketahui, ada sekitar 20 kelompok etnis bersenjata yang memerangi militer Myanmar. Namun sejauh ini, hanya Front Nasional Chin yang secara terbuka berkomitmen untuk bekerja dengan Pemerintah Persatuan Nasional sipil yang dibentuk untuk menggulingkan junta.
Sementara beberapa brigade Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA), sayap militer etnis bersenjata KNU, telah memerangi militer terus-menerus sejak kudeta 1 Februari, KNU belum mengumumkan dukungannya kepada Pasukan Pertahanan Rakyat yang dibentuk baru-baru ini untuk berperang. junta.
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!