Bagikan:

JAKARTA - Rusia bereaksi dengan kegembiraan atas debat panas antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih. Rusia mengatakan presiden Ukraina itu mendapatkan apa yang pantas diterimanya.

Adu mulut yang sengit ini merupakan kado bagi Moskow, yang berupaya membangun hubungan dengan pemerintahan baru Trump sambil mencoba mendiskreditkan Zelenskiy dan melemahkan legitimasinya.

Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan Zelenskiy, yang dituduh oleh Trump dan Wakil Presiden JD Vance tidak menghormati Amerika Serikat, telah menerima “tamparan keras”.

“Penindasan brutal di ruang Oval,” Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, menulis di Telegram dilansir Reuters, Sabtu, 1 Maret.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan merupakan suatu keajaiban, Trump dan Vance menahan diri untuk tidak menyerang Zelenskyy selama pertengkaran tersebut, yang disiarkan di saluran berita di seluruh dunia.

Dia mengatakan Zelenskyy ibarat menggigit tangan yang memberinya makan.

Komentator TV nasionalis garis keras Vladimir Solovyov mengumumkan acara khusus yang ditujukan untuk "bunuh diri Zelenskyy di Gedung Putih".

Medvedev, dalam postingannya, menghina Zelenskyy dan mengatakan dia akhirnya diberitahu kebenarannya secara langsung  seperti yang dia katakan, "rezim Kyiv sedang bermain-main dengan Perang Dunia Ketiga."

Medvedev menyerukan agar bantuan militer ke Ukraina dihentikan, sesuatu yang telah lama didesak oleh Moskow.

Rusia telah lama menggambarkan Zelenskyy sebagai boneka AS yang tidak stabil dan terobsesi pada diri sendiri.

Ia dimanfaatkan oleh pemerintahan Joe Biden sebelumnya untuk mencoba menimbulkan kekalahan strategis di Moskow dengan “berjuang sampai Ukraina terakhir.”

Zelenskyyy menolak anggapan tersebut, dan mengatakan bahwa dia melakukan semua yang dia bisa untuk membela negaranya dari Rusia dengan bantuan sekutu Ukraina.

Pemulihan hubungan yang cepat antara Moskow dan Washington telah mengkhawatirkan Ukraina dan sekutu-sekutunya di Eropa, yang khawatir Trump dan Presiden Vladimir Putin akan membuat kesepakatan yang akan membuat mereka tersingkir dan melemahkan keamanan mereka.

Putin telah berulang kali mengatakan bahwa Zelenskiy bukanlah pemimpin yang sah karena masa jabatan lima tahunnya telah berakhir pada tahun lalu. Ukraina tidak dapat menyelenggarakan pemilu karena berada di bawah darurat militer sejak perang besar-besaran meletus pada Februari 2022.

Trump pekan lalu menggemakan narasi Putin, menggambarkan Zelenskiy sebagai “diktator tanpa pemilu”.

Kehancuran hubungan antara Trump dan Zelenskyy di Gedung Putih membuat pemimpin Ukraina itu semakin terekspos dalam perang tiga tahun tersebut, di mana negaranya sangat bergantung pada bantuan dan senjata yang dipasok oleh pendahulu Trump, Joe Biden.

Mantan penasihat Kremlin, Sergei Markov, mengatakan pertengkaran di Ruang Oval kemungkinan besar akan mempercepat akhir karir politik Zelenskyyy, sesuatu yang sudah lama ingin dilihat oleh beberapa pejabat Rusia, karena yakin akan lebih mudah untuk mencapai kesepakatan damai dengan pihak lain.

“Kesimpulan utama yang diambil semua orang dari skandal publik Zelenskiy dan Trump adalah bahwa Zelenskiy benar-benar keluar dari jalur dan harus mundur dari kursi kepresidenan sesegera mungkin,” kata Markov.

Konstantin Kosachyov, wakil ketua majelis tinggi parlemen Rusia, mengatakan pertemuan yang menyakitkan itu telah mengungkap jati diri Zelenskyy yang sebenarnya.

"Zelenskyy kalah pada ronde ini dengan pukulan yang memekakkan telinga dan dia harus merangkak ke ronde berikutnya dengan berlutut," tulis Kosachyov di Telegram.