JAKARTA - Wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya dilanda hujan dengan intensitas lebat dan mengakibatkan puluhan RT dan ruas jalan di Jakarta terendam banjir sejak Selasa, 28 Januari 2025.
Pada Selasa lalu, tercatat curah hujan tertinggi berada pada angka 386 mm per hari dan curah hujan terendah 264 mm per hari.
Direktur Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andri Ramdhani mengungkap sejumlah faktor yang menyebabkan tingginya curah hujan di Jakarta belakangan ini.
"Hujan lebat di Jakarta dalam beberapa hari terakhir dipengaruhi oleh interaksi berbagai fenomena atmosfer global, regional, dan lokal," ungkap Andri kepada wartawan, Jumat, 31 Januari.
Adapun sejumlah faktor utama yang berkontribusi yakni adanya aktivitas aktivitas Gelombang Rossby Equatorial yang sedang aktif dan meningkatkan pembentukan awan konvektif di wilayah Indonesia.
Kemudian, nilai outgoing longwave radiation (OLR) yang negatif, menunjukkan adanya daerah dengan aktivitas konveksi kuat. Lalu, Monsun Asia yang membawa massa udara lembap dari belahan bumi utara, memperkuat potensi hujan lebat.
Tak hanya itu, Seruakan dingin dari Siberia memperkuat Monsun Asia dan meningkatkan kelembapan udara di Indonesia, terutama di wilayah Jabodetabek.
"Cross-Equatorial Northerly Surge (CENS) yang signifikan pada tanggal 27 Januari 2025 juga mendukung transportasi uap air dari Samudra Pasifik barat menuju Indonesia," urai Andri.
Sementara itu, pada faktor lokal, kelembapan udara yang tinggi (80–90 persen) di lapisan atmosfer 925–500 mb mendukung pertumbuhan awan hujan.
Kemudian, indeks labilitas atmosfer yang tinggi turut menunjukkan kondisi atmosfer yang mendukung pembentukan awan konvektif secara intensif. Efek konvergensi angin di sekitar Jakarta pun meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.
BACA JUGA:
"Kombinasi faktor-faktor tersebut menciptakan kondisi atmosfer yang sangat mendukung hujan lebat dalam beberapa hari terakhir, sehingga meningkatkan risiko genangan dan banjir di Jakarta," jelasnya.