Sempat Ditunda Pekan Lalu, Besok Thailand Luncurkan Vaksin AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca. (Wikimedia Commons/Gencat)

Bagikan:

JAKARTA - Thailand akan mulai menggunakan vaksin COVID-19 lansiran AstraZeneca pada Hari Selasa besok, setelah penundaan singkat karena kekhawatiran akan keamanannya.

Seperti rencana semula, Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha beserta anggota kabinet akan menjadi yang pertama menerima vaksin AstraZeneca

Juru Bicara Kantor Pemerintah Natreeya Thaweewong mengatakan kepada wartawan melalui pesan teks, suntikan Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha dan para menterinya akan dilakukan pada Selasa pagi.

Sementara, Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnvirakul sebelumnya mengatakan vaksin COVID-19 AstraZeneca akan diberikan kepada kabinet jika disetujui oleh otoritas kesehatan Thailand yang bertemu pada Hari Senin.

Anutin mengatakan, banyak negara telah mengonfirmasi tidak ada masalah pembekuan darah, sebagai efek samping dari vaksin dan akan terus memberikannya.

“Komite ahli kami bilang itu (vaksin AstraZeneca) dapat diberikan. Dan sore ini mereka akan bertemu kembali untuk memantapkannya," tukas Anutin. 

“Kalau tidak ada informasi lebih lanjut akan diberikan besok,” imbuh Anutin.

Strategi vaksinasi massal di Thailand sangat bergantung pada suntikan AstraZeneca, yang akan diproduksi secara lokal mulai Juni untuk distribusi regional, dengan 61 juta dosis dicadangkan untuk populasinya.

Diberitakan sebelumnya, Thailand pada Hari Jumat menjadi negara pertama di luar Eropa yang menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca. Keputusan diambil setelah otoritas di Irlandia, Denmark, Norwegia, Islandia, dan Belanda menangguhkan penggunaan vaksin mereka karena masalah pembekuan darah.

Thailand diketahui telah mengimpor sejumlah dosis vaksin COVID-19 lansiran AstraZeneca, selain 200 ribu vaksin Sinovac China untuk medis dan kelompok berisiko tinggi. Rencananya, 800 ribu dosis vaksin Sinovac akan tiba di Thailand pada 20 Maret mendatang.

AstraZeneca mengatakan pada hari Minggu bahwa pihaknya telah melakukan peninjauan cermat, terhadap data dari lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Inggris dan Uni Eropa. Hasilnya menunjukkan tidak ada bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam, atau trombositopenia, terkait pemberian vaksin.