Musim Panas Berkepanjangan di Arktik Meningkatkan Risiko Kepunahan Beruang Kutub
Ilustrasi beruang kutub di daratan. (Wikimedia Commons/iNaturalist/Nathan Earley)

Bagikan:

JAKARTA - Hasil penelitian terbaru mengungkapkan, musim panas berkepanjangan di Arktik (Kutub Utara), meningkatkan risiko kepunahan beruang kutub lebih tinggi dibanding sebelumnya.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal 'Nature Communications' menunjukkan, beruang kutub tidak akan beradaptasi jika menghabiskan lebih banyak waktu di darat, karena mereka menghadapi risiko kelaparan yang lebih besar.

Para ilmuwan mengamati 20 beruang kutub selama tiga minggu selama musim panas di Arktik, mencari cara mereka mencoba menghemat energi. Meski beristirahat, mengais-ngais, dan mencari makanan alternatif, semuanya mengalami penurunan berat badan dengan cepat.

Mereka menimbang beruang sebelum dan sesudah masa penelitian dan rata-rata menemukan, beruang-beruang tersebut kehilangan berat badan hampir satu kilogram setiap hari, dilansir dari The National News 12 Februari.

Ketika musim panas di Kutub Utara semakin lama akibat perubahan iklim, beberapa ilmuwan berpikir hewan-hewan ini dapat beradaptasi untuk hidup di darat dalam jangka waktu yang lama, dengan bertindak seperti kerabat beruang grizzly mereka.

Banyak beruang kutub jantan yang berbaring untuk menghemat energi, membakar kalori serupa dengan saat mereka berhibernasi. Beruang lain pergi mencari makanan, memakan bangkai burung dan karibu, rumput laut, buah beri dan rumput.

Namun, istirahat atau penyesuaian pola makan tidak akan memungkinkan beruang kutub bertahan di darat untuk jangka waktu yang lama, kata penelitian tersebut.

"Bahkan beruang yang mencari makan pun mengalami penurunan berat badan dengan kecepatan yang sama dengan beruang yang sedang berbari," jelas Charles Robbins, direktur Washington State University Bear Center dan salah satu penulis studi tersebut.

Beruang kutub tidak beradaptasi dengan baik terhadap waktu yang dihabiskan di darat

Beruang kutub menghabiskan sebagian besar waktunya di lautan es tempat mereka berburu anjing laut, menangkap seekor anjing laut untuk dimakan setiap beberapa hari. Di darat, makanan yang mereka temukan memiliki kandungan kalori yang jauh lebih rendah, tidak memiliki kandungan lemak yang dibutuhkan untuk menopang kehidupan beruang.

Para ilmuwan juga menemukan, beruang kesulitan memakan bangkai yang mereka ambil saat berenang di air.

"Makanan terestrial memang memberi mereka beberapa manfaat energi, namun pada akhirnya, beruang harus mengeluarkan lebih banyak energi untuk mengakses sumber daya tersebut," kata penulis utama Anthony Pagano, ahli biologi satwa liar di US Geological Survey Polar Bear Research Programme.

Ketika periode tanpa es semakin lama, penelitian menunjukkan beruang kutub di seluruh Arktik berisiko kelaparan. Dan, jumlah beruang kutub telah menurun sekitar 30 persen sejak tahun 1987.

"Ketika beruang kutub dipaksa ke daratan lebih awal, hal ini memotong periode di mana mereka biasanya mendapatkan sebagian besar energi yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup," terang Pagano.

"Dengan meningkatnya penggunaan lahan, diperkirakan kita mungkin akan melihat peningkatan kelaparan, terutama pada beruang remaja dan betina yang memiliki anak," tandasnya.