Kremlin Sebut Pembahasan Konflik Ukraina di Davos Tak akan Menghasilkan Apa-apa karena Rusia Tidak Hadir
Dmitry Peskov. (Wikimedia Commons/Пресс-служба Президента России)

Bagikan:

JAKARTA - Pejabat Kremlin mengatakan pada Hari Senin, pembicaraan proposal perdamaian perang Ukraina di Davos tidak akan menghasilkan apa-apa, karena Rusia tidak berpartisipasi dalam diskusi tersebut.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan para pemimpin penting Timur Tengah dijadwalkan menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss minggu ini, menjadikan pembicaraan untuk mengakhiri perang di Gaza dan Ukraina sebagai agenda utama para elit global. Presiden Volodymyr Zelensky juga akan hadir memimpin delegasi Ukraina dalam pertemuan itu.

“Ini hanyalah pembicaraan demi pembicaraan,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov ketika ditanya tentang diskusi mengenai Ukraina di Davos, melansir Reuters 15 Juni.

"Proses ini tidak dapat ditujukan untuk mencapai hasil tertentu karena alasan yang jelas, kami tidak berpartisipasi. Tanpa partisipasi kami, diskusi apa pun tidak akan menghasilkan prospek apa pun," tandasnya.

Sebelumnya, anggota Dewan Federal untuk Urusan Luar Negeri Swiss, Ignazio Cassis menyatakan Rusia harus diikutsertakan dalam diskusi perdamaian.

Cassis mengatakan, upaya untuk membawa Rusia ke dalam perundingan perdamaian perang Ukraina yang dimediasi negara-negara lain sedang dilakukan, menekankan itu tidak dapat digelar tanpa partisipasi Moskow.

Menanggapi itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, negara-negara Barat harus menghentikan pasokan senjata ke Kyiv jika menginginkan perundingan mengenai perang di Ukraina.

"Jika ini tentang keinginan beberapa negara untuk mencari jalan keluar dari kebuntuan yang ditimbulkan oleh Washington, maka ini adalah satu hal. Dalam hal ini, mereka harus berhenti memasok senjata ke Ukraina, berhenti menerapkan sanksi anti-Rusia, berhenti menerapkan sanksi anti-Rusia dan berhenti membuat pernyataan Russofobia," katanya kepada surat kabar Izvestia, dilansir dari TASS.

"Jika retorika ini diarahkan untuk menarik Rusia ke dalam semacam proses psikedelik berdasarkan istilah Barat untuk mempengaruhi pendekatan prinsip Rusia, kita tidak akan terjebak dalam perangkap ini," tegasnya.