Putra Airlangga Hartarto Klaim Jokowi Pakai Dasi Kuning Tanda Nyaman dengan Golkar
Presiden Jokowi memegangi dasi warna kuning saat ditanya wartawan di Jakarta, Sabtu 16 Desember. (ANTARA-Tangkapan layar).

Bagikan:

JAKARTA - Politikus Partai Golkar Ravindra Airlangga menyebut dasi berwarna kuning yang dikenakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat kunjungan kerja (kunker) ke Jepang merupakan tanda kepala negara itu nyaman dengan Golkar.

“Ini kode dari Pak Jokowi. Biasanya, kan, beliau mengenakan dasi warna lain, sekarang berubah kuning. Buat kami partai kuning (Golkar), ini kode Pak Jokowi menunjukkan kenyamanan dengan filosofi Golkar,” kata Ravindra dalam keterangannya, Senin 18 Desember, disitat Antara.

Putra Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hartarto itu mengatakan kode yang ia maksud semakin menguat karena Presiden Jokowi belakangan sering dikaitkan dengan Partai Golkar. Menurutnya, kode tersebut kerap muncul menjelang momentum Pemilu 2024.

“Kan teman-teman semua mengikuti, ada sinyal tokoh muda merapat ke Golkar. Saya kira sangat bagus anak muda memikirkan pembangunan ke depan,” ucap Ravindra.

Ia menyebut partainya terbuka untuk anak muda. Menurut Ravindra, generasi muda di Partai Golkar bisa berjuang bersama tokoh muda yang lain untuk melanjutkan pembangunan yang dimulai Presiden Jokowi.

“Ketum (Ketua Umum) Golkar, kan, juga sudah menegaskan arah politik partai adalah keberlanjutan pembangunan Presiden Jokowi. Jadi pas kalau banyak anak muda bergabung dengan Golkar,” imbuhnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi memakai dasi kuning saat hendak bertolak ke Jepang dari Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu 16 Desember pagi. Saat ditanyakan wartawan perihal makna dasi tersebut, Presiden tampak memegangi dasinya dan berseloroh.

"Masa enggak tahu," ujarnya seraya tersenyum lebar dan lantas pergi meninggalkan ruang konferensi pers menuju ke pesawat.

Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan alasan Presiden Joko Widodo mengenakan dasi warna kuning karena kesulitan memilih dasi. "Tadi beliau cerita, kesulitan mencari dasi, yang ada saja dipakai," kata Pratikno.