PBB Peringatkan Kerawanan Pangan Akibat Polikrisis Konflik hingga Perubahan Iklim di Kawasan Arab
Ekspor biji-bijian dari Ukraina melalui Laut Hitam. (Wikimedia Commons/International Maritime Organization)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang pejabat PBB yang bertanggung jawab atas kawasan Arab mengatakan pada Hari Selasa, jutaan orang di wilayah tersebut menghadapi kerawanan pangan selama polikrisis konflik, perubahan iklim, dan gejolak ekonomi.

Rola Dashti, ekonom Kuwait dan sekretaris eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Barat mengatakan, penarikan diri Rusia dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam mengancam untuk memperburuk keadaan.

Dalam pertemuan pangan PBB di Roma ia mengatakan, "penurunan global yang nyata" dalam hal gizi sejak dimulainya pandemi COVID-19 membahayakan "kemajuan yang dicapai dengan susah payah" selama beberapa dekade terakhir.

Dashti menggemakan seruan kepresidenan Cop28 untuk transformasi sistem pangan di bawah bayang-bayang "krisis yang saling terkait" yang meskipun "kuat sendirian, menjadi lebih dahsyat jika digabungkan".

Di Yaman, 17 juta orang menderita kerawanan pangan akut karena "konflik kekerasan yang berkepanjangan dan kesulitan ekonomi", katanya.

Dia menggambarkan Somalia dan Ethiopia sebagai negara yang terancam kelaparan dan "dilanda kekeringan parah dan ketidakstabilan politik".

"Dan di Sudan, dengan latar belakang kekerasan dan inflasi yang parah, dampak banjir yang menghancurkan telah menyebabkan 19 juta orang bergulat dengan kerawanan pangan," jelasnya, dikutip dari The National News 26 Juli.

"Tindakan baru-baru ini seperti penghentian kesepakatan biji-bijian Laut Hitam oleh Federasi Rusia mengancam untuk mendorong harga gandum dan roti global lebih jauh, mendorong jutaan orang lagi ke dalam kerawanan pangan dan membahayakan bantuan pangan untuk negara-negara yang rentan seperti Yaman dan Somalia," paparnya.

"Kemajuan yang dicapai dengan susah payah dalam beberapa dekade terakhir dalam pembangunan manusia dan ketahanan pangan kini berada di bawah ancaman. Kita harus bertindak untuk memastikan, tidak ada anak yang tidur dalam keadaan lapar atau menderita kekurangan gizi," serunya.

Terpisah, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pada Hari Senin, keputusan Rusia untuk menarik jaminan keamanan dari kapal-kapal kargo Laut Hitam telah menyebabkan kenaikan harga pangan.

Diketahui, Rusia dan Ukraina adalah salah satu produsen gandum, barley, minyak bunga matahari, dan produk pertanian lainnya di dunia. Sedangkan Lebanon dan Somalia adalah beberapa negara yang biasanya bergantung pada ekspor Ukraina.

Sementara itu, Karima Ahmed Al-Hada'a, yang mewakili gerakan nutrisi di Yaman, mengatakan, negara tersebut melihat makanan terbuang sia-sia meskipun dalam "konteks yang sangat menantang" bagi negara tersebut.

"Mempromosikan pola makan yang sehat sangat penting bahkan dalam konteks seperti itu, dan nutrisi serta pendidikan masih sangat penting bagi anak-anak," tandasnya.