Tren COVID-19 Jakarta Akibat Subvarian Arcturus Menurun, Tapi Angka Kematian Masih Naik
ILUSTRASI ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkap perkembangan kasus COVID-19 Jakarta setelah adanya gelombang kasus COVID-19 subvarian Arcturus.

Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salama mengungkapkan, saat ini jumlah kasus corona di Ibu Kota menurun sejak sepekan terakhir.

Pekan lalu, kasus positif mingguan di Jakarta sebesar 4.027 kasus. Pekan ini, kasus positif mingguan sebesar 3.133.

Seiring dengan penurunan kasus COVID-19, persentase kasus positif dari jumlah spesimen yang diperiksa atau positivity rate juga menurun. Pekan lalu, positivity rate COVID-19 di Jakarta sebesar 21.31 persen dan pekan ini sebesar 17,79 persen.

Namun, Ngabila mengungkapkan angka kematian kasus COVID-19 masih mengalami tren peningkatan, seiring dengan penurunan angka keterisian tempat tidur rumah sakit.

"Kematian masih mengalami tren peningkatan. Ada 23 kematian seminggu terakhir. Puncak kematian memang biasanya mundur 7 sampai 14 hari dari puncak kasus karena rata-rata kematian 7-14 hari dari masuk rawat inap rumah sakit," kata Ngabila dalam pesan singkat, Senin, 15 Mei.

Sepekan terakhir, kematian kasus COVID-19 di Jakarta sebanyak 23 orang. Angka ini meningkat dari pekan lalu sebanyak 19. Orang.

"Yang meninggal, 50 persennya belum vaksin sama sekali dan 50 persen lainnya belum vaksin dosis keempat. Semua yang meninggal memiliki komorbid," jelas Ngabila.

Sebagai informasi, penyebab utama kenaikan kasus di Jakarta beberapa waktu lalu adalah penularan kasus COVID-19 subvarian Arcturus. Adapun kasus pertama subvarian XBB.1.16 ini muncul oleh pelaku perjalanan luar negeri yang baru pulang dari India pada 23 maret 2023.

Mengingat kasus COVID-19 masih ada, Ngabila meminta masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan meskipun PPKM berakhir dan WHO telah mencabut status kedaruratan global.

"Cegah sakit dengan disiplin bermasker jika bertemu orang sakit atau di tempat umum dan menjaga imunitas baik dengan pola hidup sehat. Cegah keparahan dan kematian dengan vaksinasi lengkap dan deteksi dini, serta kontrol komorbid," imbuhnya.