Kapal Perang AS USS Milius Kembali Berlayar Melalui Selat Taiwan, Beberapa Hari Setelah China Rampungkan Latihan Militer
Kapal perusak rudal USS Milius (DDG-69) (Wikimedia Commons/U.S. Navy/Journalist 2nd Class Zack Baddorf)

Bagikan:

JAKARTA - Kapal perusak berpeluru kendali Kelas Arleigh Burke USS Milius (DDG-69) milik Amerika Serikat kembali berlayar melalui Selat Taiwan pada Hari Minggu, yang dikatakan Angkatan Laut AS sebagai transit rutin, hanya beberapa hari setelah China mengakhiri latihan perang terbarunya di sekitar pulau itu.

Armada ke-7 Angkatan Laut AS mengatakan, kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke USS Milius melakukan "transit rutin Selat Taiwan" melalui perairan "di mana kebebasan navigasi dan penerbangan laut lepas berlaku sesuai dengan hukum internasional," melansir Reuters 17 April.

"Transit kapal tersebut menunjukkan komitmen Amerika Serikat terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," tambahnya.

Diketahui, Angkatan Laut AS mengarungi kapal perang melalui selat itu sebulan sekali, dan juga secara teratur melakukan misi kebebasan navigasi serupa di Laut China Selatan yang disengketakan.

Pekan lalu, USS Milius berlayar di dekat salah satu pulau buatan manusia dan paling penting yang dikuasai China di Laut China Selatan, Mischief Reef. Beijing mengecamnya sebagai ilegal.

China, yang memandang Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, secara resmi mengakhiri latihan tiga hari di sekitar Taiwan Senin lalu, di mana negara itu mempraktikkan serangan presisi dan memblokade pulau itu.

Beijing menggelar latihan untuk mengungkapkan kemarahan pada pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan Ketua Dewan Perwakilan AS Kevin McCarthy, melihatnya sebagai campur tangan dalam urusan dalam negeri China dan dukungan AS untuk identitas Taiwan yang terpisah dari China

Lebih lanjut, China melanjutkan aktivitas militernya di sekitar Taiwan sejak latihan berakhir, meski dalam skala yang dikurangi.

Pada Senin pagi, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan telah melihat 18 pesawat militer China dan empat kapal angkatan laut beroperasi di sekitar Taiwan dalam periode 24 jam sebelumnya.

Diketahui, China tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan yang diperintah secara demokratis di bawah kendalinya.

Sementara, Pemerintah Taiwan menolak klaim teritorial China, dan mengatakan hanya penduduk pulau itu yang dapat menentukan masa depan mereka.