Demam Babi Afrika Tak Ditemukan Lagi Sejak Agustus 2021, Distanak Manokwari Tetap Antisipasi dengan Kirim Sampel Darah ke Maros
Kepala Bidang Peternakan dinas Pertanian dan Peternakan Manokwari Nixon Karubaba (ANTARA)

Bagikan:

MAKASSAR - Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Manokwari, Papua Barat, masih terus jalani pemantauan kematian ternak babi akibat serangan virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika di wilayah tersebut. 

Kepala Bidang Peternakan pada Distanak Manokwari Nixon Karubaba menyebutkan, sejak Agustus 2021 hingga kini tidak ditemukan lagi kasus kematian ternak babi akibat serangan virus ASF.

Meski demikian, jelas dia, untuk mengantisipasi kemungkinan masih ada virus ASF tersebut, maka sampel darah babi dikirim ke Laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVET) Maros, Sulawesi Selatan, pada pada pekan ini.

"Minggu lalu kita sudah kirim 30 sampel darah babi ke Makassar dan sekarang tinggal menunggu hasil. Semenjak Agustus 2021 sampai sekarang memang tidak ada lagi kasus babi yang mati," jelas Karubaba di Manokwari dilansir dari Antara, Selasa, 12 Juli. 

Kematian 1.500 ekor ternak babi pada 2020

Pada 2020, lanjutnya, Distanak Pemkab Manokwari mencatat kematian sebanyak 1.550 ekor ternak babi milik masyarakat akibat serangan virus ASF. Menurut Karubaba, ternak babi yang sudah terpapar virus ASF akan dipastikan 100 persen akan mati.

Agar penyebaran virus ASF tidak semakin meluas, maka pada 7 April 2021 Dinas Pertanian dan Peternakan Manokwari mengeluarkan surat larangan lalu lintas keluar dan masuk hewan dan daging babi ke wilayah Manokwari.

Meski ada larangan tersebut, kata dia, dalam praktik masih ada oknum-oknum yang mengirim ternak maupun daging babi ke luar daerah lantaran harga pasaran yang tinggi.

Kepada masyarakat yang hendak menyembelih ternak babinya disarankan untuk melapor terlebih dahulu kepada petugas agar dilakukan pemeriksaan kondisi kesehatan ternak tersebut.