Cuma Satu, Kotak Hitam Pesawat Tara Air yang Jatuh di Pegunungan Himalaya Berhasil Ditemukan
Ilustrasi pesawat De Havilland Canada DHC-6 Twin Otter Tara Air di Nepal. (Wikimedia Commons/Solundir)

Bagikan:

JAKARTA - Tim pencarian dan penyelamatan Nepal pada Hari Selasa berhasil menemukan kotak hitam pesawat Tara Air yang jatuh di Pegunungan Himalaya, selain berhasil menemukan dan mengevakuasi seluruh korban tewas.

Jenis kotak hitam pesawat yang berhasil ditemukan tim pencarian dan penyelamatan adalah perekam suara penerbangan. Dengan demikian, yang tersisa di lokasi kecelakaan tinggal puing-puing pesawat.

Dua warga negara Jerman, empat warga negara India dan 16 warga Nepal berada di pesawat De Havilland Canada DHC-6-300 Twin Otter milik Tara Air, yang jatuh 15 menit setelah lepas landas dari kota wisata Pokhara, 125 km (80 mil) barat Kathmandu, pada Minggu pagi.

Pesawat itu menuju Jomsom, sebuah situs wisata dan ziarah yang populer, 80 km (50 mil) barat laut Pokhara, dalam penerbangan yang biasanya hanya memakan waktu 20 menit.

Seorang juru bicara Otoritas Penerbangan Sipil Nepal (CAAN) mengatakan, pesawat itu hanya memiliki perekam suara untuk merekam percakapan darat ke udara dan udara ke udara.

Ini sedikit berbeda dengan pesawat moderen, di mana setiap armada memiliki dua dua kotak hitam, yakni perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit.

"Tidak ada apa pun kecuali puing-puing yang tersisa di lokasi kecelakaan sekarang," kata Deo Chandra Lal Karna kepada Reuters, seperti dikutip 31 Mei.

"Semua mayat dan kotak hitam telah ditemukan," sambungnya.

Dioperasikan oleh penerbangan swasta Tara Air, pesawat tersebut melakukan penerbangan pertamanya pada April 1979, menurut situs pelacakan penerbangan Flightradar24.

Diberitakan sebelumnya, Tentara dan petugas penyelamat telah mengambil 21 mayat dari reruntuhan, berserakan di lereng curam di ketinggian sekitar 14.500 kaki, pada Hari Senin.

Sementara hari ini, petugas kembali menemukan satu jasad korban, sehingga total seluruh korban yang berjumlah 22, terdiri dari 19 penumpang dan tiga awak pesawat, berhasil ditemukan.

Jenazah 10 korban dibawa ke Kathmandu pada Senin, dan 12 jenazah lainnya akan diterbangkan ke ibu kota pada Selasa dan dilepaskan ke keluarga setelah dilakukan otopsi dan identifikasi, terang Karna.

Diketahui, Pemerintah Nepal telah membentuk panel beranggotakan lima orang untuk menentukan penyebab kecelakaan dan menyarankan langkah-langkah pencegahan untuk sektor penerbangan.

Nepal sendiri merupakan rumah bagi delapan dari 14 gunung tertinggi di dunia, termasuk Gunung Everest, memiliki sejarah kecelakaan udara.Pada awal 2018, penerbangan US-Bangla Airlines dari Dhaka ke Kathmandu jatuh saat mendarat dan terbakar, menewaskan 51 dari 71 orang di dalamnya.

Sementara pada tahun 1992, 167 orang di dalam pesawat Pakistan International Airlines tewas ketika menabrak sebuah bukit ketika mencoba mendarat di Kathmandu.