MAKASSAR - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menekankan urgensi dan relevansi Wasathiyah Islam berkemajuan di tingkat global sesuai dengan amanat muktamar ke-44 yang diperkuat pada muktamar ke-47 di Makassar.
"Apa yang diperlukan saat ini adalah pengembangan lebih jauh dalam revitalisasi dan transformasi internasionalisasi gerakan Muhammadiyah," ujar Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam Seminar pra-muktamar yang diikuti secara daring dari Jakarta, dikutip dari Antara, Senin 30 Mei.
BACA JUGA:
-
| BERITA
Di Milad ke-109, Jokowi Apresiasi Kontribusi Muhammadiyah dalam Penanganan Pandemi
18 November 2021, 10:38 -
| BERITA
MUI Imbau Ulama dan Para Muballig Manfaatkan Sosmed sebagai Media Dakwah
03 Desember 2021, 10:09
Haedar menjelaskan program internasionalisasi Muhammadiyah adalah langkah persyarikatan sejak awal berdiri. Ide internasionalisasi paham Islam berkemajuan terus bergulir hingga saat ini.
Tujuannya, jelas dia, sebagai bentuk ikhtiar dan syiar dakwah Islam berkemajuan kepada masyarakat dunia. "Fase berikutnya untuk memberi dampak dan kehadiran Muhammadiyah di dunia internasional secara lebih masif dan sistematik," kata dia.
Ia menjelaskan kehadiran Muhammadiyah berperan untuk melakukan transformasi gerakan pencerahan dalam dunia kemanusiaan. Artinya, warga Muhammadiyah mesti mempunyai kesadaran sebagai bagian dari warga dunia yang menjunjung solidaritas dan tanggung jawab universal.
"Tanpa memandang perbedaan dan pemisahan jarak yang bersifat primordial dan konvensional," katanya.
Paham Wasathiyah Islam
Haedar juga mendorong agar Muhammadiyah melahirkan pemikiran alternatif. Paham Wasathiyah Islam berkemajuan sangat relevan dalam konteks yang disebut Haedar sebagai paradoks kemajuan.
Maksudnya, dunia memberi ruang seluas-luasnya pada demokrasi, hak asasi manusia, pluralisme, dan multikulturalisme. Namun, terkadang paham-paham tersebut mereduksi kunci dari agama dan budaya bangsa.
Paradoks kemajuan, kata dia, juga turut bertanggung jawab atas terjadinya perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Kondisi alam yang rusak akan berdampak pada ekonomi, politik, budaya, dan agama.
Dari semua masalah global tersebut, Haedar meyakini paham Wasathiyah Islam mampu menjadi penawar dan alternatif baru. "Muhammadiyah dengan Islam berkemajuan perlu hadir kembali untuk memperkuat peran revitalisasi dan transformasi di tingkat global," tandasnya.