'Balas' Rudal Korea Utara, Korea Selatan dan AS Luncurkan Rudal Balistik dan Misil Taktis
Ilustrasi latihan peluncuran ATACM MGM-140 oleh Angkatan Darat AS dan Korea Selatan. (Wikimedia Commons/US Army)

Bagikan:

JAKARTA - Korea Selatan dan Amerika Serikat meluncurkan rudal misil gabungan, sebagai tanggapan salvo peluncuran tiga rudal Korea Utara, beberapa jam setelah Presiden Joe Biden mengakhiri kunjungan ke Asia.

Korea Utara menembakkan tiga rudal, termasuk satu yang dianggap sebagai rudal balistik antarbenua (ICBM) pada Hari Rabu. Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan tiga rudal ditembakkan dalam waktu kurang dari satu jam dari daerah Sunan di ibukota Korea Utara, Pyongyang, di mana bandara internasionalnya telah menjadi pusat uji coba rudal.

Rudal pertama yang diluncurkan pada Hari Rabu tampaknya merupakan ICBM, sementara rudal tak dikenal kedua tampaknya gagal di tengah penerbangan, sebut JCS melansir Reuters 25 Mei. Sementara rudal ketiga adalah rudal balistik jarak pendek (SRBM).

Sebagai tanggapan, Amerika Serikat dan Korea Selatan mengadakan latihan tembakan langsung gabungan, termasuk uji coba rudal permukaan-ke-permukaan yang melibatkan Sistem Misil Taktis Angkatan Darat (ATACMS) MGM-140 AS dan SRBM Hyunmoo-2 Selatan, kata kedua pihak militer.

"Pertunjukan kekuatan militer kami dimaksudkan untuk menyoroti tekad kami untuk secara tegas menanggapi setiap provokasi Korea Utara, termasuk peluncuran ICBM, dan kemampuan serta kesiapan kami yang luar biasa untuk melakukan serangan bedah pada asal provokasi," terang JCS.

Korea Utara telah melakukan serangkaian peluncuran rudal tahun ini, mulai dari senjata hipersonik hingga uji tembak ICBM terbesarnya untuk pertama kalinya dalam hampir lima tahun. Tampaknya juga sedang mempersiapkan apa yang akan menjadi uji coba nuklir pertamanya sejak 2017.

Pejabat AS dan Korea Selatan baru-baru ini memperingatkan bahwa Korea Utara tampaknya siap untuk uji senjata lain, mungkin selama kunjungan Biden, yang merupakan perjalanan pertamanya ke Asia sebagai presiden dan termasuk pertemuan puncak dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Seoul.

"Provokasi berkelanjutan Korea Utara hanya akan menghasilkan pencegahan Korea Selatan-AS yang lebih kuat, lebih cepat, dan membawa isolasi yang lebih dalam pada dirinya sendiri," terang pemerintah Yoon dalam sebuah pernyataan terpisah.

Sementara, Menteri Luar Negeri Korea Selatan Park Jin dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga sepakat untuk meningkatkan upaya diplomatik, untuk memperkuat pencegahan yang diperluas dan memfasilitasi resolusi sanksi baru PBB dalam panggilan telepon, kata kementerian Seoul.

"Kami menyerukan DPRK untuk menahan diri dari provokasi lebih lanjut dan terlibat dalam dialog yang berkelanjutan dan substantif," sebut juru bicara Departemen Luar Negeri, menggunakan inisial nama resmi Korea Utara.