Soal Pengiriman Pasukan ke Ukraina, Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley: Kembali ke Presiden
Presiden Biden bersama Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley. (Wikimedia Commons/The White House)

Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat masih 'jauh' dari kemungkinan pengiriman pasukan militernya ke Ukraina menurut Ketua Kepala Staf Gabungan Jernderal Mark Milley.

Presiden Joe Biden memutuskan untuk menarik pasukan Amerika Serikat dari Ukraina sebelum invasi Rusia pada 24 Februari, untuk menghindari konflik langsung dengan musuh bersenjata nuklir.

Tetapi, keadaan yang berubah, termasuk pembukaan kembali Kedutaan Amerika Serikat di Kyiv, telah menimbulkan pertanyaan tentang apakah pasukan AS mungkin diminta kembali untuk membantu memastikan keamanan diplomat di negara tersebut.

Pada konferensi pers, Jenderal Milley mengakui beberapa perencanaan tingkat staf, menjelang keputusan potensial untuk mengirim pasukan AS kembali ke Ukraina.

Namun demikian, perencanaan itu belum sampai ke levelnya untuk ditinjau atau ke level Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin. Kemudian, pada akhirnya, terserah Biden.

"Pada akhirnya, setiap pengenalan kembali pasukan AS ke Ukraina akan membutuhkan keputusan presiden. Jadi kami jauh dari hal seperti itu," kata Jenderal Milley, melansir Reuters 24 Mei.

"Kami masih mengembangkan tindakan, dan belum ada yang disampaikan kepada Menteri," sambungnya.

Jenderal Milley tidak merinci apakah dia mengacu pada perencanaan tingkat rendah bagi pasukan AS, untuk berpotensi mengamankan kehadiran diplomatik AS di Ukraina atau berpotensi untuk kegiatan lain juga.

Diketahui, Pentagon membantu Ukraina memerangi pasukan Rusia dengan berbagi intelijen dan mengirimkannya persenjataan.

Pada Hari Senin, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan paket bantuan keamanan baru dari 20 negara untuk Ukraina, setelah menjadi tuan rumah pertemuan virtual dengan sekutu.

Itu termasuk janji Denmark untuk menyediakan rudal anti-kapal Harpoon dan peluncur ke Ukraina, kata Austin.

"Semua orang di sini memahami taruhannya perang ini," ujarnya.

Sementara, Tom Karako, seorang peneliti senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional, mengatakan rudal Harpoon, yang dibuat oleh Boeing Co., akan dapat membantu Ukraina mengancam kapal-kapal Rusia bernilai tinggi yang menyerang Ukraina.