Dilantik Jadi Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol Tawarkan Bantuan untuk Korea Utara: Syaratnya Akhiri Program Nuklir
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol tengah melakukan penandatanganan. (Wikimedia Commons/Republic of Korea)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol telah meminta Korea Utara untuk menyerahkan senjata nuklirnya, sebagai imbalan atas bantuan ekonomi besar-besaran.

Pada pengambilan sumpahnya pada Hari Selasa, Presiden Yoon menggambarkan rudal Pyongyang sebagai ancaman bagi keamanan regional dan global.

"Jika Korea Utara benar-benar memulai proses untuk menyelesaikan denuklirisasi, kami siap bekerja dengan masyarakat internasional untuk menyajikan rencana berani yang akan sangat memperkuat ekonomi Korea Utara, meningkatkan kualitas hidup rakyatnya," sebutnya seperti melansir The National News dari AFP 10 April.

Diketahui, Pyongyang mencatat rekor baru pada tahun ini, dengan melakukan 15 kali uji coba senjata sejak Januari lalu, termasuk dua peluncuran pada pekan lalu.

Presiden Yoon (61) yang mulai bekerja di bunker bawah tanah dengan pengarahan keamanan tentang Korea Utara, menjabat pada saat ketegangan tinggi di semenanjung itu.

Mantan jaksa yang memenangkan pemilihan umum dengan selisih tipis pada bulan Maret itu mengatakan dalam pidato pelantikannya, dia akan mempertimbangkan untuk mengirimkan tingkat bantuan ekonomi yang transformatif ke Korea Utara, tetapi hanya jika Pyongyang terlebih dahulu menyerahkan senjata nuklirnya.

Pendahulu Yoon, Moon Jae-in telah mengejar kebijakan keterlibatan dengan Pyongyang, menengahi pertemuan puncak antara Kim Jong-un dan presiden AS saat itu Donald Trump. Tetapi pembicaraan gagal pada 2019 dan sejak itu diplomasi terhenti.

"Sementara program senjata nuklir Korea Utara merupakan ancaman tidak hanya bagi keamanan kami dan Asia Timur Laut, pintu dialog akan tetap terbuka sehingga kami dapat menyelesaikan ancaman ini secara damai," jelas Presiden Yoon.

Meski demikian, tawaran bantuan "berani" tidak berguna, kata para analis. Korea Utara, yang menginvestasikan sebagian besar PDB-nya ke dalam program senjata yang disetujui PBB, telah lama menegaskan tidak akan menukarkan nuklir dengan bantuan.

"Sejak 2009, Korea Utara telah menyatakan tidak akan menyerahkan nuklirnya untuk insentif ekonomi," jelas Park Won-gon, seorang profesor di Universitas Ewha.

"Komentar Yoon hanya akan memicu Pyongyang, yang akan melihatnya sebagai serangan," sambungnya.

Diketahui, upacara pelantikan resmi untuk Tuan Yoon dipentaskan di luar Majelis Nasional Seoul, menampilkan marching band tentara, tentara dalam pakaian seremonial dan salvo tembakan sebagai penghormatan sebanyak 21 kali, dengan dihadiri sekitar 40 ribu orang.