Invasi Rusia ke Ukraina: Toko Roti Ini Tawarkan Donat Perdamaian, Seluruh Hasil Penjualan untuk Pengungsi Anak-anak
Ilustrasi donat perdamaian Huck. (Instagram/@hucks_lieblingsplatz)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah toko roti Jerman menjual 'donat perdamaian' untuk mendukung Ukraina dengan cara yang manis, lewat kue-kue yang didekorasi dengan warna nasional Ukraina, guna untuk mengumpulkan uang bagi anak-anak yang terpaksa melarikan diri setelah invasi Rusia.

Di tengah invasi Rusia ke Ukraina yang menyebabkan korban jiwa berjatuhan, dengan jutaan orang mengungsi akibat perang yang terjadi, toko roti Huck di Frankfurt, Jerman mulai menawarkan donat perdamaian.

Dilapisi frosting biru dan kuning, donat dijual seharga satu euro atau sekitar Rp15.877 per potong. Hasil penjualan donat ini 100 persen akan disumbangkan kepada pengungsi anak-anak Ukraina yang mencari perlindungan di Frankfurt.

"Kami pikir, kami harus melakukan sesuatu dengan sangat cepat, tidak birokratis," kata salah satu pemilik toko roti Tanja Huck seperti melansir Reuters 4 Maret.

"Kami memutuskan untuk membuat produk tambahan yang tidak terlalu mahal, sehingga terjangkau untuk semua orang dan Anda dapat membawa banyak orang ke kantor," tambah Huck.

donat perdamaian
Ilustrasi donat perdamaian Huck. (Instagram/@hucks_lieblingsplatz)

Kampanye ini tampaknya berhasil dengan 600 potong terjual pada Kamis pagi di 10 cabang toko roti dan 300 pre-order untuk Hari Jumat.

"Kemarin kami hanya mempostingnya sebentar di media sosial, kemudian pesanan pertama langsung masuk, dan jam delapan pagi ini sebagian besar cabang sudah habis terjual," ungkap Huck.

"Kami tidak menyangka akan diterima dengan sangat baik," tambahnya.

Sementara itu, Therese Rinschen-Piechocinski, seorang wanita Polandia yang tinggal di Frankfurt, membeli kue solidaritas dan tersentuh oleh kampanye tersebut.

"Jika mereka melayani tujuan, jika mereka dapat membantu orang-orang yang benar-benar miskin yang juga berjuang untuk kita, maka saya siap, saya telah memberikan sumbangan," tutur Rinschen-Piechocinski.

Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari lalu, dengan tujuan untuk demiliterisasi dan denazifikasi, bukan untuk melakukan pendudukan wilayah dan tidak menargetkan warga sipil.

Sementara, Ukraina dan negara-negara Barat menganggap ini tidak beralasan, mengecam tindakan yang dilakukan disusul dengan penjatuhan beragam sanksi terhadap Rusia. Langkah yang dibalas juga dengan menjatuhkan sanksi oleh Moskow.