Disetujui Regulator Kesehatan Eropa, Novavax Jadi Vaksin Kelima COVID-19 yang Digunakan Benua Biru
Ilustrasi vaksin Novavax. (Sumber: Gavi.org)

Bagikan:

JAKARTA - Vaksin COVID-19 Novavax resmi mendapatkan otorisasi penggunaan di kawasan Uni Eropa, setelah Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) memberikan lampu hijau penggunaannya Senin.

"Kami menyambut baik keputusan Komisi Eropa hari ini yang mencerminkan otorisasi pertama vaksin COVID-19 berbasis protein untuk orang-orang di Uni Eropa," uajr CEO Novavax Stanley C. Erck, mengutip Euronews 20 Desember.

Disebut Nuvaxovid, ini adalah vaksin kelima yang disahkan di penggunaanya di kawasan Benua Biri setelah Pfizer/BioNTech, AstraZeneca/Oxford, Moderna dan Johnson & Johnson.

Pihak pabrikannya mengklaim dapat membantu memenangkan skeptis vaksin, Nuvaxovid menggunakan teknologi yang lebih konvensional daripada yang digunakan untuk vaksin lain yang sudah digunakan.

Ini mirip dengan teknologi yang digunakan pada vaksin hepatitis B dan pertusis yang berusia puluhan tahun, dan tidak membutuhkan tempat penyimpanan dengan suhu yang sangat rendah.

Apa yang disebut vaksin "subunit" protein mengandung fragmen patogen yang dimurnikan yang kemudian memicu respons imun. Vaksin ini diberikan dengan dua dosis terpisah berjarak tiga minggu.

Diketahui, vaksin Pfizer dan Moderna adalah vaksin messenger RNA (mRNA), sebuah teknologi inovatif yang menyuntikkan untaian instruksi genetik ke dalam tubuh, yang memberi tahu sel pasien apa yang harus dilakukan untuk melawan penyakit.

Sementara, AstraZeneca dan Johnson & Johnson menggunakan teknologi vektor virus yang menggunakan jenis virus yang sangat umum disebut adenovirus, yang telah dimodifikasi untuk membawa informasi genetik dalam tubuh untuk melawan COVID.

Efek samping yang jarang tetapi serius dari peradangan jantung telah dilaporkan dengan vaksin mRNA dan pembekuan darah dengan vaksin vektor virus.

Sementara, sejumlah besar orang menerima suntikan COVID dalam uji coba, "efek samping tertentu hanya dapat muncul ketika jutaan orang divaksinasi," ujar EMA.

CEO Novavax berpendapat vaksin perusahaannya "dapat membantu mengatasi hambatan utama untuk vaksinasi global, termasuk tantangan distribusi global dan keraguan vaksin."

Hasil dari uji klinis yang dirilis pada Bulan Juni menunjukkan kemanjuran 90,4% terhadap penyakit, serta kemanjuran 100 persen terhadap kasus berat hingga sedang.

Selain itu, pihak perusahaan juga mengatakan sedang "mengevaluasi vaksinnya terhadap varian Omicron" dan mengerjakan versi khusus untuk itu.

Untuk diketahui, Komisi Eropa telah menandatangani kontrak dengan Novavax untuk pembelian 200 juta dosis vaksinnya di muka setelah disetujui oleh EMA.

Tetapi Novavax telah berjuang dengan penundaan berbulan-bulan di tengah apa yang baru-baru ini disebut oleh sekelompok anggota parlemen sebagai "masalah produksi".

Di luar Eropa, Indonesia dan Filipina sudah menyetujui vaksin Novavax, sedangkan Jepang sudah sepakat membeli 150 juta dosis. Novavax mengatakan. pihaknya juga telah mengajukan persetujuan di Inggris, India, Australia, Selandia Baru, Kanada, dan dengan Organisasi Kesehatan Dunia.

Adapun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan daftar penggunaan darurat untuk vaksin pada akhir pekan lalu.