Pandemi COVID-19, WHO Sebut Angka Kematian Akibat Malaria Meningkat 69.000 Kasus Sepanjang Tahun 2020
Ilustrasi penanganan malaria di Afrika. (Wikimedia Commons/USAID/Africa Bureau)

Bagikan:

JAKARTA - Gangguan perawatan kesehatan yang terkait dengan pandemi virus corona membuat malaria membunuh 69.000 lebih banyak orang pada 2020 dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi skenario terburuk dapat dihindari, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Senin.

Secara total, lebih dari 627.000 orang di seluruh dunia, kebanyakan dari mereka adalah bayi di bagian termiskin Afrika, tewas akibat malaria tahun lalu dibandingkan dengan 558.000 pada 2019, sebut WHO dalam laporan tahunan malaria.

Jumlah tersebut melampaui 224.000 orang yang dilaporkan telah meninggal akibat virus corona di Afrika sejak awal pandemi.

Sekitar dua pertiga dari kematian malaria tambahan pada tahun 2020 disebabkan oleh pembatasan virus corona yang mengganggu pencegahan, diagnosis dan pengobatan malaria, kata WHO.

Tetapi, upaya untuk mempertahankan layanan kesehatan meskipun ada tantangan berarti Afrika Sub-Sahara tidak melihat dua kali lipat kematian akibat malaria pada tahun 2020 yang telah diperingatkan oleh WHO adalah suatu kemungkinan.

Sebaliknya, jumlah kematian di kawasan itu naik 12 persen dibandingkan dengan 2019, menurut data WHO.

"Berkat upaya mendesak dan berat, kami dapat mengklaim dunia telah berhasil mencegah skenario terburuk kematian akibat malaria," terang Pedro Alonso, direktur program malaria global WHO, mengutip Reuters 7 Desember.

Para ahli berharap, perang melawan malaria dapat memperoleh landasan yang cukup besar setelah rekomendasi WHO pada Bulan Oktober bahwa RTS,S atau Mosquirix, vaksin yang dikembangkan oleh pembuat obat Inggris GlaxoSmithKline (GSK.L) harus diberikan secara luas kepada anak-anak di Afrika.

"Dengan peningkatan pendanaan, akses ke alat penyelamat jiwa, dan inovasi kuat dalam alat baru untuk tetap berada di depan nyamuk dan parasit yang berkembang, kami dapat mempercepat tindakan transformatif dan mengakhiri malaria dalam satu generasi," terangAbdourahmane Diallo, kepala eksekutif RBM Kemitraan untuk Kelompok Advokasi Mengakhiri Malaria.

"Kita sekarang berada pada titik kritis, dan saya mendesak para pemimpin global untuk memperbarui komitmen dan investasi," tegasnya dalam sebuah pernyataan.